Wednesday, March 26, 2014

LAPORAN PENDAHULUAN
KASUS OSTEOMIELITIS
DI PAVILIUN MAWAR RSUD JOMBANG

I. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder   Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
Kemerahan
Suhu raba hangat
Gangguan fungsi
Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus

II. ETIOLOGI
a) Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
b) Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya
c) Bisa juga disebabkan oleh jamur

III. MANIFESTASI KLINIS
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.



IV. PATOFISIOLOGI
Trauma pada tulang kondisi patologis
(Fraktur), operasi tulang


virus
(mis : staphylococcus aureus , haemophylus influenzae)


Masuk ke tubuh masuk ke tubuh
melalui luka melalui aliran darah


nyeri Infeksi & inflamasi sintesis zat pyrogen
Pada tulang oleh leukosit

Peningkatan vaskularisasi aliran darah
Peningkatan suhu
Gangguan rasa tubuh
nyaman nyeri Trombosis pembuluh darah

Hipertermi
Iskemia
Gangguan mobilisasi
fisik
      Nekrosis tulang


Terbentuknya rongga dengan sequestrum
Gangguan pola
tidur
Sequestrum tidak dapat
mencair & mengalir keluar



      Terjadi pembentukan involukrum
      yang mengelilingi sequestrum



        Abses tulang Resiko tinggi terhadap perluasan infeksi


V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
Pemeriksaan Biopsi tulang.
Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.

VI. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan di rumah sakit
2. Pengobatan suportif dengan pemberian infus
3. Pemeriksaan biakan darah
4. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3 – 6 minggu.
5. Imobilisasi anggota gerak yang terkena
6. Tindakan pembedahan.
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epidermoid).
Saat yang terbaik melakukan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.

VII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi dapat berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupadestruksi sendi, fraktur, abses tulang, sellulitis, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakramepifisis, pelepasan implant buatan, timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak dan osteomyelitis kronik.

VIII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi dan mengenali masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan.
1. Pengumpulan data
Kegiatan menghimpun informasi dari pasien dan sumber – sumber lain secara terus – menerus selama proses keperawatan berlangsung, data yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, No. Registrasi, tanggal MRS, diagnosa, tanggal pengkajian.
b. Riwayat Keperawatan (NURSING HISTORY)
Riwayat Keluhan Utama, Riwayat Penyakit Sekarang, upaya yang telah dilakukan, Terapi / operasi yang pernah dilakukan, Riwayat kesehatan keluarga, Genogram, Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat kesehatan lainnya, Pasien Ibu (Keluarga Berencana), Alat bantu yang dipakai, Riwayat sebelum sakit, Penyakit berat yang pernah diderita, Obat – obat yang biasa dikonsumsi, Kebiasaan berobat, Alergi, Merokok / Alkohol.
c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tanda – Tanda Vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan ), Tinggi Badan, Berat Badan.
Body System :
1) Pernafasan (B1 : Breathing)
Meliputi hidung, trakhea suara nafas, perkusi dada, suara tambahan bentuk dada.
2) Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)
Kaji adanya nyeri, pusing, sakit kepala, kram kaki, palpitasi, clubbing finger.
Suara jantung
Perkusi, palpasi, inspeksi, irama jantung, denyut nadi, CRT.
Edema : palpebra, anarsaka, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, ascites.
3) Persyarafan (B3 : Brain)
Composmentis, apatis, somnolent, spoor, coma, gelisah.
Glasgow coma scale (GCS) : Eyes, Verbal, Motoric
Kepala dan wajah
Keadaan mata : sklera, konjungtiva, pupil
Keadaan leher
Refleks
Persepsi – sensori : pendengaran, penciuman, penglihatan, perabaan
4) Perkemihan – Eliminasi Uri (B4 : Bladder)
Jumlah produksi urine, frekuensi, warna, bau
Kaji adanya oliguri, poliuri, dysuri, hematuri, nocturi, nyeri, dipasang kateter, menetes, panas, sering, inkontinen, retnsi, cystotomi, tidak ada masalah
5) Pencernaan – Elimunasi Alvi (B5 : Bowel)
Mulut dan Tenggorok : warna lidah, lesi, massa, gangguan bicara, sakit tenggorokan
Abdomen : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
Rectum
Frekuensi BAB dan konsistensinya
Kaji adanya diare, konstipasi, feses berdarah, tidak terasa, kesulitan, melena, colostomi, wasir, pencahar, lavament, tidak ada masalah
Diet
6) Tulang - Otot – Integumen (B6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : parese, paralise
Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah : tidak ada keluhan, peradangan, patah tulang, perlukaan, lokasi.
Uji kekuatan otot
Tulang belakang
Kulit : warna kulit, akral, turgor
i. Sistem Endokrin
Terapi hormon
Karakteristik sex sekunder
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : perubahan ukuran kepala, tangan, dan kaki pada waktu dewasa ; kekeringan kulit atau rambut; exopthalmus; goitter; hipoglikemia; tidak toleran terhadap panas; tidak toleran terhadap dingin; polidipsi; poliphagi; poliuri; postural hipotensi; kelemahan.
ii. Sistem Reproduksi
Laki –laki : kelamin dan kebersihan
Perempuan : payudara dan benjolan, kelamin dan keputihan, siklus haid
d. Pola Aktivitas
1) Nutrisi
Makan : frekuensi, jenis diet, porsi yang dihabiskan, menu, pantangan, alergi.
Minum : frekuensi, jenis minuman, pantangan, alergi, keluhan
2) Pola kebersihan diri
Meliputi frekuensi mandi, keramas, sikat gigi, memotong kuu, ganti pakaian.
3) Pola istirahat dan aktivitas
Meliputi frekuensi tidur siang, tidur malam, aktivitas sehari – hari.
e. Psikososial
1) Sosial / Interaksi
Hubungan dengan klien : kenal, tidak kenal
Dukungan keluarga : ada, kurang, tidak ada
Dukungan kelompok / teman / masyarakat : aktif, kurang, tidak ada
Reaksi saat interaksi : kooperatif, tidak kooperatif, bermusuhan, mudah tersinggung, defensif, curiga, kontak mata.
Konflik yang terjadi terhadap : peran, nilai
2) Spiritual
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah, Tuhan , Dewa
Ritual agama yang brmakna / berarti / diharapkan saat ini : sholat baca kitab suci
Sarana / peralatan / orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini : lewat ibadah, rohaniawan
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama : makanan, tindakan, obat – obatan
Keyakinan / kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit saat ini : ya, tidak
Keyakinan / kepercayaan bahwa penyait dapat disembuhkan : ya, tidak
Persepsi terhadap penyakit : hukuman, cobaan / peringatan
f. Pemeriksaan Penunjang
Leukosit : (L= 4,3- 10 ; P= 4,3 – 11,3)
Eritrosit : (4,33 – 5,95 juta / ul)
Trombosit : (150 – 350)
Hematokrit : (L= 40 – 47 ; P= 38 – 42)%
Hemoglobin : (L= 13,5 – 18,0 ; P= 11,5 – 16,0 mg/dl)
LED : (L= 0 – 15/jam ; P= 0 – 20 /jam)
Pemeriksaan feses : adanya infeksi oleh salmonella
Pemeriksaan biopsi tulang
Pemeriksaan ultra sound : adanya efusi pada sendi
Pemeriksaan radiologis : ditemukan kelainan radiologik setelah 2 minggu berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
g. Terapi
Meliputi jenis terapi dan dosis yang digunakan
2. Analisa data
Data terkumpul selanjutnya dikelompokkan kedalam data mayor dan data minor sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi. Data yang telah dikelompokka kemudian ditentukan masalah keperawatannya, penyebabnya, dan selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatannya.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi pada tulang
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada tulang
c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
e. Resiko tinggi terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi pada tulang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri yang dirasakan pasien berkurang dan hilang
KH:-  pasien tampak rileks
- Pasien tidak terlihat menyeringai menahan nyeri
- Keadaan umum pasien membaik
- Skala nyeri 0 – 3 (ringan)
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
   R/ : agar terjalin kerjasama yang baik dengan pasien & keluarga
2) Observasi TTV
     R/ : mengetahui perkembangan kondisi pasien
3) Beri penjelasan pada keluarga pasien tentang penyebab nyeri
    R/ : agar pasien & keluarga mengetahui gambaran penyebab nyeri
4) Kaji keluhan nyeri termasuk lokasi, durasi, intensitas, dan tingkat nyeri
    R/ : nyeri yang ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya agar dapat mendiagnosa
5) Anjurkan pasien relaksasi nafas & distraksi
    R/ : membantu pasien istirahat lebih efektif & memfokuskan kembaliperhatian pasien sehingga nyeri dapat berkurang
6) Baringkan pasien pada posisi yang nyaman
    R/ : meningkatkan relaksasi otot & mengurangi kram
7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
     R/: menurunkan rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman serta membantu proses penyembuhan

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada tulang
Tujuan: Suhu tubuh menurun setelah dilakukan tindakan keperawatan selama    1 x 24 jam
KH: - suhu tubuh pasien menurun atau normal
- Keadaan umum pasien membaik
- Pasien tidak tampak kedinginan
- Pasien tampak tenang, rileks, & nyaman
Intervensi :
1) Observasi TTV
    R/ : mengetahui perkembangan kondisi pasien
2) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien
    R/ : menghemat tenaga pasien & mengurangi kerja tubuh
3) Beri kompres dengan air biasa atau dingin pada daerah axilla, likpatan paha , & temporal
    R/ : agar aliran darah dalam pembuluh darah dapat berjalan dengan lancar
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun
    R/ : dapat menjaga kebersihan badan pasien
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
     R/ : agar suhu tubuh pasien menurun dan kembali normal

c. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan: gangguan mobilisasi fisik berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
KH : - menunjukkan peningkatan kekuatan otot
- Keadaan umum membaik
- Meningkatnya fungsi bagian tubuh yang sakit
- Menunjukkan kemampuan melakukan aktivitas
- Mobilisasi fisik meningkat
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
     R/ : agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
2) Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
     R/ : dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3) Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
     R/ : dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
4) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
     R/ : agar klien tidak melakukan gerakan yang membahayakan
5) Berikan dorongan pada klien untuk melakukan aktivitas dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan
     R/ : mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi
6) Ubah posisi pasien secara periodik
     R/ : meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan
7) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi / aoakulasi terapi
     R/ : membantu proses penyembuhan

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Tujuan: Pola tidur dapat teratur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
KH : - insomnia berkurang
- Pasien tampak rileks dan tenang
- Pola tidur kembali normal
- Kualitas tidur REM
Intervensi :
1) Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi
     R/ : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat
2) Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
     R/ : bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas dapat berkurang
3) Dorong beberapa aktivitas fisik pada siang hari, dan pasien berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur
     R/ : aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energi dan siap untuk tidur malam hari
4) Instruksikan tindakan relaksasi
    R/ : membantu menginduksi tidur
5) Kurangi kebisingan dan lampu
     R/ : memberikan situasi kondusif untuk tidur
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian sedatif, hipnotik sesuai indikasi
     R/ : memungkinkan diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru


e. Resiko tinggi terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
Tujuan : tidak terjadi perluasan infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
KH : - abses tulang tidak meluas
- Keadaan umum membaik
- Terjadi proses penyembuhan
Intervensi :
1) Observasi TTV
     R/ : mengetahui perkembangan kondisi pasien
2) Observasi drainase dari luka
     R/ : agar resiko infeksi tidak meningkat
3) Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan kulit
     R/ : mencegah terjadinya infeksi lanjutan
4) Gunakan pelindung kulit tipe ostomi
     R/ : memberikan perlindungan untuk kulit sekitar, mencegah ekskoriasi dan menurunkan resiko infeksi
5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
     R/ : Agar tidak terjadi infeksi lanjutan









































1 comment: